Pengertian
Kecerdasan Emosional
Kangogud.com - sahabat kangogud.com pada kesempatan ini kita akan mengkaji tentang Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan
emosi semula diperkenalkan oleh Peter Salovey dari Universitas Harvad dan John
Mayer dai Universitas Hampshire. Istilah
itu kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman dalam karya monumentalnya Emotional
Intelligence.44
Secara
etimologi kecerdasan berasal dari bahasa Inggris intelligence yaitu kemampuan untuk memahami keterkaitan antara
berbagai hal, kemampuan untuk mencipta, memperbaharui, mengajar, berfikir,
memahami, mengingat, merasakan dan berimajinasi, memecahkan permasalahan dan
kemampuan untuk mengerjakan berbagai
tingkat kesulitan.45
Patricia
Patton mendefinisikan emosi sebagai keadaan yang berlangsung lebih mendalam
yang menggerakkan kita atau memperingatkan kita apakah kita sadar tentang itu
atau tidak.46 Kemudian bisa
dikatakan sebagai setiap kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang
hebat atau meluap-luap.47
Rochelle
Semmel Albin mendefinisikan Emosi sebagai perasaan yang kita alami. Kita
menyebut berbagai emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama
seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Sebutan yang
kita berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana kita berpikir
mengenai perasaan itu, dan bagaimana kita bertindak. Umpamanya, seorang ibu
yang merasa sedih bertingkah laku lain daripada seorang wanita yang merasa
gembira.48
Para
pakar psikologi telah mendefinisikan kecerdasan emosional dalam bermacam-macam,
diantaranya yaitu menurut:
1) Reuven Bar-On yang
dikutip Steven J. Stein dan Howard E. Book Kecerdasan emosional adalah
“serangkaian kemampuan,
kompetensi,
dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil mengatasi tuntutan dan
tekanan lingkungan.”49
2)
John
D Mayer, Peter Salovey
“Emotional
Intelligence is the innate potential to feel, use, communicate, recognize,
remember, learn, manage, and understand emotions.”50 Kecerdasan emosional
menunjuk pada potensi alamiah untuk merasa, menggunakan, mengkomunikasikan,
mengenal, mengingat, mempelajari, mengatur dan memahami emosi-emosi.
3) Ary Ginanjar Agustian
Kecerdasan
emosional adalah: kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.51
1) Steven
J. Stein
Kecerdasan
emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan
di dunia yang rumit-aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh
kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk
berfungsi secara efektif setiap hari.
Dalam bahasa sehari-hari, kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai “stret smart (pintar)”, atau kemampuan
khusus yang kita sebut “akal sehat”. Ini terkait dengan kemampuan membaca
lingkungan politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan memahami dengan
spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain,
kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh
tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang kehadirannya
didambakan orang lain.52
2) Daniel Goleman
Dalam
bukunya yang berjudul Emotional
Intelligence, Why It Can Matter More Than IQ menyebutkan bahwa,
kecerdasan emosional adalah
kemampuan-kemampuan seperti kemampuan memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihi batas,
mengatur suasana hati agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdo’a.53
Dari
beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan
diri sendiri dan orang lain dan
untuk menanggapinya dengan tepat. Merupakan kemampuan seseorang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
(keterampilan sosial). Hal ini menyiratkan bahwa emosi bisa menjadi cerdas.
Emosi yang cerdas inilah yang disebut kecerdasan emosional.
Ada
banyak sekali definisi tentang
kecerdasan emosional. Namun
apapun definisinya, yang jelas kecerdasan emosional mengandung dua kata yang
luar biasa yakni: ‘cerdas’ dan
‘emosi’. Kedua kata inilah yang
mendorong riset puluhan tahun dibidang neuroscience
(ilmu tentang syaraf) yang
akhirnya menyimpulkan begini: pada intinya, kemampuan berfikir anda
mempengaruhi emosi anda, demikian pula sebaliknya, emosi anda pun
mempengaruhi kualitas pikir anda.
Untuk mudahnya, saya beri gambaran, anda cerdas secara emosional bila nalar
anda sanggup mengarahkan ekspresi emosi anda.
Kecerdasan
emosi melatih intuisi kita untuk ‘melihat’ dunia dengan cara yang berbeda.
Kadang kala interaksi sosial dengan orang lainlah yang membuat kita dapat
melihat hal lain dengan kaca
mata yang berbeda. Menarik bukan untuk mendalami bagaimana emosi
menuntun kita untuk menjadi cerdas. Menentukan
pilihan yang tepat dan yang pasti akan membantu banyak
orang karena cara berfikir yang dikembangkan oleh emosi bukanlah berfikir
dengan hanya satu sisi saja.54
Tanpa kesadaran akan emosi, tanpa
kemampuan untuk mengenali dan menilai perasaan serta
bertindak jujur menurut perasaan tersebut, kita tidak
dapat bergaul dengan
baik dengan orang lain, tidak
dapat
melanjutkan hidup di dunia (meskipun
kita sangat “cerdas”),
tidak dapat membuat keputusan dengan mudah, dan sering terombang- ambing
tidak menyadari diri sendiri.55
Kecerdasan
emosional sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat.
Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada
masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.56
a. Unsur-unsur
Kecerdasan Emosional
Sementara
para pakar teori kecerdasan emosional mempertajam teorinya, Goleman
mengadaptasinya menjadi 5 unsur kecerdasan emosional, yaitu: 1) Kemampuan
mengenali emosi diri (kesadaran diri),
2)
Kemampuan mengelola emosi diri (pengaturan diri), 3) Kemampuan memotivasi diri
sendiri, 4) Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati), dan 5) Kemampuan
berinteraksi sosial.57
1) Kemampuan mengenali
emosi diri (kesadaran diri)
Kesadaran
diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal
yang sedang kita rasakan dan mengapa hal
itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut.58
Kemampuan
mengenali emosi diri sendiri (kesadaran diri) merupakan pondasi utama dari
semua unsur-unsur emotional intelligence sebagai
langkah awal yang penting untuk memahami
diri dan berubah menjadi lebih baik. Mengenali emosi
diri sangat erat kaitannya
dengan kemampuan untuk mengenali perasaan
diri
ketika
perasaan itu timbul, dan merupakan hal penting bagi pemahaman kejiwaan secara
mendalam. Para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri.
Ada
tiga kemampuan yang merupakan ciri-ciri mengenali emosi diri sendiri (kesadaran
diri), yaitu: a) Kesadaran emosi, yaitu mengenali emosi diri dan mengetahui
pengaruh emosi itu terhadap kinerjanya. b) Penilaian diri secara teliti, yaitu
mengetahui kelebihan dan kekurangan diri dan mampu belajar dari pengalaman. c)
Percaya diri, yaitu keberanian yang datang dari keyakinan diri terhadap harga
diri dan kemampuan sendiri.59
1) Kemampuan mengelola
emosi diri (pengaturan diri)
Mengelola
emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap
dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu.60
Kemampuan
mengelola emosi akan berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka
terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
sasaran, serta mampu memulihkan kembali dari tekanan emosi.61
Ada
lima kemampuan utama yang merupakan ciri-ciri mengelola emosi (pengendalian
diri), yaitu: a) Kendali diri, yaitu menjaga agar emosi dan impuls yang negatif
tetap terkendali. b) Dapat dipercaya,
yaitu menunjukkan integritas dan kejujuran. c) Kewaspadaan, yaitu dapat
diandalkan dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban. d) Adaptasi, yaitu
keluwesan dalam menghadapi tantangan dan perubahan. e) Inovasi, yaitu bersikap terbuka terhadap
gagasan-gagasan, pendekatan-pendekatan dan informasi baru.
1) Kemampuan memotivasi
diri sendiri
Motivasi
menjadi faktor kunci yang menentukan beragam tingkat keberhasilan orang. untuk
sebagian orang, motivasi datang dari
sumber eksternal seperti: dukungan
kawan, pengakuan, tambahan
pendapatan atau apa pun. Untuk sebagian yang lain, motivasi datang dari sumber
internal, yakni berupa kepuasan hati mereka sendiri saat pekerjaan dapat
dilakukan dengan baik. Sebagian besar orang termotivasi oleh kedua sumber itu,
internal maupun eksternal, dengan proporsi yang berbeda. Dari manapun
sumbernya, motivasi itu penting untuk mengekspresikan kecerdasan dan meraih
keberhasilan. Secara keseluruhan, motivasi yang
terlahir karena faktor internal
mungkin lebih baik daripada yang eksternal, karena sumber motivasi eksternal
tersebut cenderung bersifat sementara. Akibatnya, orang-orang yang terutama
termotivasi secara eksternal sepertinya kehilangan motivasinya ketika sumber-sumber penghargaan eksternal menurun
atau hilang. Individu-individu yang termotivasi secara internal mampu menjaga
motivasinya dari pengaruh naik dan
turunnya penghargaan.62
Ada
empat kecakapan utama dalam kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang lain,
yaitu: a) Dorongan berprestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau
memenuhi standar keberhasilan. b) Komitmen, yaitu menyelaraskan diri dengan
sasaran kelompok/ lembaga. c) Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan
kesempatan. d) Optimis, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran meskipun
ada halangan dan kegagalan.63
1) Kemampuan mengenali
emosi orang lain (empati)
Kemampuan
untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain.
Empati adalah “menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar
belakang perasaan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan
dan memikirkannya. Bersikap empatik artinya mampu “membaca orang lain dari
sudut pandang emosi”.64
Memposisikan
diri pada tempat orang lain memang tidak mudah, namun perlu jika anda memiliki
rasa kasih kepada orang
lain. Memahami orang lain, memperhatikan mereka, itu berarti bahwa kita membutuhkan waktu untuk
mendengarkan sebagai hal yang dapat mempererat ikatan persahabatan dan
menunjukkan kesediaan untuk membantu.65
Menurut
Daniel Goleman ciri-ciri dari empati meliputi: a) Memahami orang lain, yaitu
memahami perasaan dan perspektif orang
lain dan menunjukkan minat aktif terhadap
kepentingan mereka. b) Orientasi pelayanan, yaitu mengenali dan berusaha
memenuhi kebutuhan orang lain. c) Mengembangkan orang lain,
yaitu merasakan kebutuhan orang lain untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan mereka. d) Mengatasi keragaman, yaitu menumbuhkan
keragaman melalui pergaulan dengan banyak orang.
e) Kesadaran politik, yaitu
mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.66
2) Kemampuan berinteraksi sosial
Interaksi
sosial dapat dipahami sebagai kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain. Seseorang dengan kemampuan ini pandai
merespon tanggapan oarang
lain sesuai dengan yang dikehendaki, orang yang tidak memiliki keterampilan ini
akan dianggap angkuh, sombong, tidak berperasaan dan akhirnya akan dijahui
orang lain.
Adapun
ciri-ciri dari keterampilan sosial ini yaitu: a) Pengaruh, yaitu keterampilan menggunakan
perangkat persuasi secara aktif untuk mempengaruhi orang lain
kearah yang positif. b) Komunikasi, yaitu mendengarkan secara terbuka
dan mengirim pesan secara lugas,
padat dan meyakinkan. c) Manajemen konflik, yaitu merundingkan dan menyelesaikan
ketidaksepakatan. d) Kepemimpinan, yaitu mengilhami dan membimbing individu
atau kelompok. e) Katalisator perubahan, yaitu mengelola dan mengawali
perubahan. f) Kolaborasi dan kooperasi, yaitu bekerja bersama orang lain menuju
sasaran bersama. Keterampilan ini meliputi kecakapan seseorang dalam
menyeimbangkan pemusatan perhatian, kolaborasi, mempromosikan kerjasama yang
bersahabat, dan menumbuhkan peluang-peluang untuk kolaborasi. g) Kemampuan tim,
yaitu menciptakan sinergi dalam upaya meraih sasaran kolektif. Orang dalam
kecakapan ini mampu menjadi teladan dalam tim, mendorong setiap anggota agar
berpartisipasi secara aktif, dan membangun identitas tim dengan semangat
kebersamaan dan komitmen.67
REFERENSI
44 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan
Emotional Intelligence Pada Anak,terj. Alex Tri Kantjono, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 5.
45 Muhammad Said Mursi, Melahirkan
Anak Masya Allah, Sebuah Terobosan Dunia Pendidikan Modern, (Jakarta:
Cendekia, 1998), hlm. 207.
46 Patricia Patton, EQ-Pengembangan
Sukses Lebih Bermakna, terj. Hermes, (Mitra Media, 2002), hlm. 61.
47 Triantoro Safaria, Manajemen Emosi, (Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2009) hlm. 12.
48 Rochelle Semmel Albin, Emosi
– Bagaimana Mengenal Menerima Dan Mengarahkannya, terj. Brigid,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1986) hlm. 11
49 Steven J. Stein & Howard E. Book, Ledakan EQ, ter. Trinanda Rainy Januarsari & Yudhi Murtanto,
(Bandung: Kaifa, 2003), hlm. 30
50 John D Mayer, Peter Salovey, “The Intelligence of
Emotional Intelligence”, dalam http://psycnet.apa.org/03052008/p.html.html, diakses 1 Oktober 2012.
51 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Penerbit Arga,
2001), hlm. 44
52 Steven J. Stein, Ledakan
EQ, terj. Trinanda Rainy Januarsari & Yudhi Murtanto, (Bandung: Kaifa,
2003), hlm. 30-31.
53 Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting Dari Pada EQ,
terj. Hermaya, (Jakarta:
Gramedia, 1996), hlm. 36.
54 Amaryllia Puspasari, Emotional
Intelligent Parenting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009) hlm. 4
55 Jeanne Segal, Meningkatkan
Kecerdasan Emosional, terj. Dian Paramesti Bahar, (PT. Citra Aksara, 1999),
hlm. 2.
56 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan
Emotional Intelligence Pada Anak, terj. Alex Tri Kantjono, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 9-10.
57 Daniel Goleman, Kecerdasan
Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Tri Kantjono, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 39
58 Steven J. Stein, Ledakan EQ, hlm. 73
59 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai
Puncak Prestasi, hlm. 42.
60 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai
Puncak Prestasi, hlm. 58.
61 M. Utsman Najati,
Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, terj. Irfan Sahir Lc. (Jakarta: Hikmah,
2002), hlm. 166.
62 Robert J.
Sternberg, Mengajarkan Kecerdasan Sukses
Meningkatkan Pembelajaran & Keberhasilan Siswa, terj. Gun Mardiatmoko,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 142.
63 Daniel Goleman, Kecerdasan
Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm. 43.
64 Steven J. Stein, Ledakan
EQ, hlm. 139.
65 Patricia Patton, EQ-Pengembangan
Sukses Lebih Bermakna, hlm. 159.
66 Daniel Goleman, Kecerdasan
Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm. 219.
Labels:
Kajian Teoritis
Thanks for reading Pengertian Kecerdasan Emosional. Please share...!
0 Comment for "Pengertian Kecerdasan Emosional"
Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar