Ilmu adalah cahaya bagi kehidupan bagi umat manusia. Dengannya, kehidupan terasa lebih indah, yang susah menjadi mudah, yang tidak mungkin bisa jadi mungkin, yang jauh terasa dekat. Seseorang dikatakan berilmu apabila ia memiliki pengetahuan dan menggunakan akal sehatnya untuk berpikir. Dia akan melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk ilmu dan daya nalarnya, sehingga tidak ada perbuatannya yang bertentangan dengan akal sehat, baik menurut tradisi, agama, hukum maupun aturan yang berlaku. Ilmu adalah kunci segala kebaikan, dia sebagai sarana untuk menunaikan perintah-Nya sekaligus menjauhi larangan-Nya. Tidak sempurna keimanan seseorang tanpa ilmu, demikian juga amal tanpa ilmu menjadi sia-sia. Ilmu pengetahuan juga merupakan kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku ke arah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Demikian pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia, mencari ilmu merupakan ibadah wajib bagi tiap muslim.
A. Membaca Al Hadits
Tentang Menuntut Ilmu
1. Hadis Riwayat Ibnu
Majah
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
(رواه ابن ماجه)
a. Makna harfiah hadis
Menuntut |
= |
طَلَبُ |
Ilmu |
= |
اْلعِلْمِ |
Wajib |
= |
فَرِيْضَةٌ |
Atas |
= |
عَلَى |
Semua |
= |
كُلِّ |
Muslim |
= |
مُسْلِمٍ |
b. Kandungan isi hadis
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap orang islam, baik laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, remaja atapun dewasa. Dengan demikian, jika menuntut ilmu itu hukumnya adalah wajib maka orang-orang yang tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Sedangkan orang yang menuntut ilmu akan dimisalkan seperti orang-orang yang berjuang di jalan Allah dan jika ia mati pada saat menuntut imu itu, maka ia akan mati dalam keadaan syahid.
2. Hadits Riwayat Ahmad,
At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءَ قَالَ سَمِعْتُ
رَسُوْ لَ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ سَلَكَ
طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى
اْلجَنَّةِ وَإِنَّ اْلمَلإَكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًالِطَالِبِ اْلعِلْمِ
وَإِنَّ طَالِبَ اْلعِلْمِ يَسْتَغْفِرُلَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ
حَتَّى اْلحِيْتَانِ فِي اْلمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ اْلعِلْمِ عَلَى اْلعَاِبدِ
كَفَضْلِ اْلقَمَرِعَلَى سَاءِرِ اْلكَوَاكِبِ إِنَّ اْلعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا
إِنَّمَا وَرِّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
(رواه احمد و الترمذي وألوداودوابن ماجه)
Artinya:
“Dari Abi Darda dia berkata :”Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda”: “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka
mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan
sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridla
(rela) terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencari
ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi
bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya eutamaan orang
yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan
purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris
para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,
akan tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil
bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil bagian yang besar.” (H.R.
Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah).
a. Arti Harfiah Hadis:
Menempuh |
: |
سَلَكَ |
Sayapnya |
: |
أَجْنِحَتَهَا |
Suatu jalan |
: |
طَرِيْقًا |
Ikan-ikan |
: |
الحِيْتَان |
Menuntut |
: |
يَلْتَمِسُ |
Keutamaan orang
berilmu |
: |
فَضْلَ اْلعِلْمِ |
Mepermudah |
: |
سَهَّلَ |
Pewaris Nabi |
: |
وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ |
Pasti meletakkan |
: |
لَتَضَعُ |
Bagian yang banyak |
: |
بِحَظٍّ وَافِرٍ |
b. Kandungan Isi Hadis
Untuk memperoleh kesuksesan atau
kebahagian baik di dunia maupun di akhirat bahkan keduaduanya harus
mempergunakan alat, alat untuk mencapai kesuksesan itu adalah ilmu. Ilmu ibarat
cahaya yang mampu menerangi jalan seseorang untuk mewujudkan segala cita-citanya,
sementara kebodohan akan membawa seseorang kepada kemadlaratan atau
kesengsaraan yang membelenggu hidupnya.
Dalam hadits yang pertama Rasulullah
saw menjelaskan :
§ Allah akan memberikan
berbagai kemudahan kepada para pencari ilmu, seperti kemudahan bergaul,
kemudahan mendapatkan pekerjaan, termasuk kemudahan untuk menuju surga.
§ Para malaikat akan
memberikan perlindungan kepada para pencari ilmu dengan cara meletakkan
sayapnya sebagai bukti kerelaan mereka terhadap apa yang dilakukan oleh para
pencari ilmu.
§ Aktivitas pencarian
ilmu adalah aktivitas yang sangat mulia, sehingga kepada para pencari ilmu
semua makhluk Allah baik yang ada di langit maupun di bumi bahkan ikan-ikan
yang ada di dalam air akan memberikan berbagai bantuan, mereka semua ikut
mendoakan agar orang yang mencari ilmu selalu mendapatkan ampunan dari Allah
SWT.
§ Allah memberikan
keuatamaan kepada para pencari ilmu melebihi keutamaan yang diberikan kepada
para ahli ibadah, ibarat cahaya bulan purnama yang mampu mengalahkan cahaya
seluruh bintang.
§ Para ulama (orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari ilmu) adalah pewaris para Nabi, merekalah yang akan meneruskan para nabi dalam menegakan kebenaran dan memerangi kezaliman dengan menyebarkan ilmu yang diterimanya dari nabi kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta benda untuk umatnya melainkan mewariskan ilmu untuk kemaslahatan ummatnya. Oleh karena itu siapapun yang berusaha menuntut ilmu dan berhasil menguasainya, maka dia telah berhasil mendapatkan bagian yang sangat besar sebagai modal untuk menghadap Allah swt.
3. Hadits Riwayat
at-Tirmidzi
عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكِ قاَلَ: قَالَ
رَسُوْ لُ اللّهِ صَلَىّ اللُّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ
اْلعِلْمِ كَانَ فِيْ سَبِيْلِ اللّهِ حَتَّى يَرْجِعُ (رواه الترمذي)
Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata, telah bersabda Rasulullah
saw : “barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari ilmu maka ia berada
di jalan Allah sehingga kembali (HR. Tirmidzi).
a. Arti Harfiah Hadis:
Barang siapa |
: |
مَنْ |
Berada di jalan
Allah |
: |
كَانَ فِيْ سَبِيْلِ اللّهِ |
Yang keluar |
: |
خَرَجَ |
Hingga kembali |
: |
حَتَّى يَرْجِعُ |
b. Isi Kandungan Hadis:
Dalam hadits yang
kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilmu itu dinilai sebagai berjuang di
jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia
akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia
saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama
dengan mati syahid.
4. Hadis Riwayat Baihaqi
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا
تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)
Artinya: “Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang
berilmu pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan
ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang
kelima maka kamu akan celaka (H.R. Baehaqi)
a. Arti Harfiah Hadis:
Orang yang pandai |
: |
عَالِمًا |
Orang yang
mencintai ilmu |
: |
مُحِبًّا |
Orang yang belajar |
: |
مُتَعَلِّمًا |
Orang yang kelima |
: |
خَامِسًا |
Orang yang
mendengarkan |
: |
مُسْتَمِعًا |
Maka kamu celaka |
: |
فَتَهْلِكَ |
b. Kandungan Isi Hadis
Sementara dalam Hadits ketiga
Rasulullah menganjurkan agar umat Islam (kaum muslimin) mau menjadi orang yang
:
§ Berilmu (pandai),
sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan ilmu yang
dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dan dengan demikian
kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi
masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.
§ Jika tidak bisa
menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia, jadilah
sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang-orang
pandai.
§ Jika tidak bisa
menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan ilmu
pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahun kita bias
mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.
§ Jika menjadi
pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang menyukai ilmu
pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliaka orang-orang yang
berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk
pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
§ Janganlah menjadi
orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau
mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini
akan menjadi orang yang celaka.
Thanks for reading hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Safwan bin ‘Assal al-Muradi tentang keutamaan mencari ilmu. Please share...!
0 Comment for "hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Safwan bin ‘Assal al-Muradi tentang keutamaan mencari ilmu"
Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar