Kangogud.com - sahabat kangogud.com kali ini kita akan membahas tentang Pemikiran-pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari
Semua sepakat bahwa
pendidikan dalam Islam merupakan proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan,
baik secara akal, mental, maupun moral, supaya dapat menjalankan fungsi dan
perannya sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifah
Allah di bumi. Jadi yang esensial dalam hal ini bagaimana pendidikan mampu
membawa manusia menuju terealisasikannya fungsi dan peran tersebut dengan
sempurna.
Senada dengan
pemikiran di atas adalah yang dikemukakan oleh Muhaimin (2003: 7) bahwa
pendidikan Islam adalah pendidikan yang sengaja diselenggarakan untuk
mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Sedang ajaran dan nilai-nilai
Islam akan teraktualisasikan manakala seseorang berhasil menjalankan fungsi dan
perannya dengan sempurna sebagai hamba dan khalifah
Allah di bumi.Di sisi lain tidak
hanya untuk pribadi yang bersangkutan, pendidikan juga sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu bangsa. Atas dasar pemikiran inilah Undang-undang
Pendidikan Nasional disusun, yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa
ini, bangsa Indonesia. Pendeknya menyangkut urgensi pendidikan ini, khususnya
pendidikan Islam, segala upaya telah banyak dilakukan utamanya oleh kaum
muslimin, dengan harapan bisa membangun generasi unggul yang akan membawa
kemaslahatan bagi umat manusia. Segala upaya yang dialkukan bahkan tidak hanya ditujukan
untuk membagun satu aspek diri manusia saja, melainkan seluruh aspek diri
manusia, dari sisi akal, mental, spiritual, bahkan keterampilan, semua
dilakukan untuk menghasilkan generasi yang unggul dalam berbagai sudut
kehidupan.
Karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan
aspek yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Zuhairini menyatakan bahwa
pendidikan akan memberikan corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang
(Zuhairini, 2003: 7). Oleh sebab itu juga tidak heran bahwa ajaran Islam pun
mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu, yang juga meliputi
usaha membrikan penddikan bagi diri sendiri. Begitu pentingnya pendidikan
hingga Nabi SAW. pun tidak memberikan batasan kapan seseorang berhenti mendidik
dirinya atau meningkatkan kualitas diri dan pribadinya dengan terus belajar dan
belajar serta menuntut ilmu. Istilah yang banyak disebut dalam kaitannya dengan
belajar selamanya atau seumur hidup ini adalah long lfe education atau pendidikan seumur hidup.
Ayat-ayat al-Or’an dan al-Hadits banyak yang menekankan pentingnya pendidikan dengan
barbagai ungkapan dan pernyataan yang intinya menegaskan bahwa pendidikan
adalah hal yang sangat penting dan tinggi sekali level urgensinya.
Persoalannya
kemudian, manusia menghadapi perkembangan dunia yang begitu cepat di mana permasalahan yang mengiringi juga kompleks.
Kemajuan di bidang sain dan teknologi menimbulkan perubahan yang sangat besar
diikuti oleh tantangan yang juga besar. Konsekuensinya bangsa Indonesia pun
harus terus berbenah bagaimana supaya dapat mengikuti perkembangan yang cepat
itu meskipun dalam pengertian tetap selektif.
Sedang
mengenai tantangan kehidupan di dunia yang semakin mengglobal ini sangat besar
pula, bahkan dalam konteks ini Zubaidi menyatakan bahwa kehidupan pada era
global ditandai dengan lima hal, pertama terjadinya pergeseran dari
konflik ideologi ke arah persaingan perdagangan, investasi dan infomasi, dari
keseimbangan kekuatan ke arah keseimbangan kepentingan. Kedua hubungan
antar negara-bangsa secara struktural berubah dari ketergantungan ke arah saling
ketergantungan, dari bersifat primordial ke arah posisi tawar menawar. Ketiga
batas-batas geografis hampir kehilangan arti operasionalnya. Keempat
persaingan antar negara sangat diwarnai perang penguasaan teknologi, dan kelima
terciptanya budaya yang cenderung mekanistik, efisien, tidak menghargai nilai
dan norma yang secara ekonomi tidak efisien (Zubaidi, 2011: 10).
Melihat
kecenderungan-kecenderungan tersebut dapat dibayangkan akibat dan dampaknya
bagi umat manusia−meskipun tidak dipungkiri banyak pula keuntungannya bagi
mereka. Namun satu hal yang penting adalah bagaimana bangsa Indonesia mampu
membawa dirinya di tengah situasi global yang banyak kerumitannya ini.
Bagaimana bangsa ini bisa mengambil manfaat yang penting bagi umat manusia dari
era yang penuh kecanggihan namun juga tantangan ini.
Begitu
besarnya tantangan yang dihadapi saat ini menjadikan bangsa ini seakan tidak
dapat berhenti sejenak memikirkan nasib generasinya dari pengaruh-pengaruh
negatif era global. Bisa dibayangkan meskipun kemajuan- di berbagai bidang
kehidupan manusia telah dicapai saat ini, namun kepincangan dalam berbagai
aspek juga muncul. Bagaimana negeri ini dieksploitasi oleh oknum-oknum yang
kurang bertanggung jawab, bagaimana negeri ini dijadikan layaknya kue yang
dibagi-bagi oleh segelintir orang, bagaimana kerusakan terjadi di mana-mana,
pelanggaran hukum, penyalahgunaan wewenamg, dan sebagainya yang pada dasarnya
membahayakan kelangsungan hidup bangsa ini, semua itu belum juga berhenti. Satu
hal yang tidak dapat ditolak adalah fenomene-fenomena semacam itu berhubungan dengan kondisi moralitas yang tidak
terbina dan tidak terjaga dengan baik. Dalam terminologi Islam bisa dikatakan
rusaknya pendidikan akhlak. Logika sederhana saja jelas bagaimana mungkin orang
dengan akhlak yang baik sanggup melakukan segala bentuk penyimpangan tindakan
di atas.
Atas dasar kenyataan
tersebut kiranya penting untuk kembali merenungkan mengenai apa yang sebenarnya
sudah terjadi dengan proses pendidikan selama
ini, sebab kenyataannya banyak manusia yang dalam kehidupannya tidak
menunjukkan sebagai orang terdidik, dengan karakter dan sikapnya yang selalu
menyebabkan kesengsaraan bagi diri sendiri maupun orang lain. Disadari atau
tidak faktanya menunjukkan bahwa pendidikan di negeri ini selama ini cenderung
mengutamakan domain kognitif, sehingga pembentukan sikap atau akhlak kurang
berjalan dengan baik. Padahal inti dari pendidikan menurut ajaran Islam
sebagaimana disebutkan di atas adalah supaya dapat menjalankan fungsi dan
perannya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya
di bumi, maka bagaimana itu akan terwujud jika pembinaan akhlak tidak
diutamakan.
Menanggapi pentingnya pendidikan akhlak ini Zakiyah
Daradjat menyatakan bahwa
pada dasarnya nilai-nilai pengajaran
agama bermuara pada nilai esensial, yang berbentuk nilai pembersihan diri,
nilai kesempurnaan akhlak, dan nilai peningkatan taqwa kepada Allah SWT (Zakiyah Daradjat, 2001: 196).
Rasulullah dan para sahabatnya
juga senantiasa menekankan
diamalkannya akhlak yang mulia.
Dengan kata lain Islam telah meletakan
dasar-dasar penting bagi pembinaan akhlak dalam kehidupan manusia, di mana dari
seluruh hidup Rasul yang harus diikuti menurut Islam, merupakan petunjuk yang
bermuara pada pembinaan akhlak (Q.S. Al-Ahzab:21).
Begitu urgennya
pendidikan akhlak, kiranya penting untuk kembali menelaah pendidikan akhlak dan
berbagai permasalahannya. Hal ini di antaranya dapat dilakukan dengan berbagai
upaya seperti melakukan kajian yang sistematias. Kemudian kajian tersebut juga
bisa berupa kembali menggali pemikiran-pemikiran pendidikan, khususnya
pendidikan akhlak yang dapat memberikan pencerahan dan motivasi baru, supaya siapa
pun yang konsern dengan pendidikan tergerak untuk berupaya menanamkan atau
menginternalisasikan pendidikan akhlak dengan lebih intensif.
Sementara itu KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh dan ulama yang
akrab di telinga umat Islam terutama dalam posisinya sebagai pendiri organisasi
Islam besar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. KH. Hasyim Asy’ari ini pada dasarnya memiliki kekayaan pemikiran
pendidikan yang masih tetap relevan, aktual
dan up-to date sejauh dapat
mensingkronkaan maknanya yang luas melintasi ruang dan waktu. Pemikiran KH.
Hasyim Asy’ari yang selalu didsarkan pada sumber-sumber ajaran Islam yang
universal tentu tetap memiliki relevansi yang signifikan dengan pendidikan
akhlak bangsa ini.
Kepopuleran KH.
Hasyim Asy’ari bahkan bukan hanya karena
pemimpin organisasi Islam besar saja, lebih dari itu karena
pemikiran-pemikirannya yang selalu memancing untuk dikaji dan ditelaah dari
waktu ke waktu, dan yang sudah memberikan ruh Islam yang inklusif.
Pemikiran-pemikiran
pendidikan KH. Hasyim Asy’ari bahkan lebih banyak dititikberatkan pada etika
yang untuk lebih universalnya lagi adalah akhlak. Ini bisa jadi karena beliau
yang lebih banyak mendalami ilmu hadits, tasawuf, dan fiqih (Tamyis
Burhanuddin, 2001: 23). Namun apa pun yang melatarbelakangi kecenderungan
pemikiran KH.Hasyim Asy’ari, tetaplah penting untuk mengkajinya supaya dapat diformulasikan
rumusan-rumusan pemikiran pendidikan khususnya pendidikan akhlak yang sekiranya
dapat memberikan kontribusi di dalam menemukan solusi bagi maslah-masalah
pendidikan, khususnya pendidikan akhlak.
Labels:
Kajian Teoritis
Thanks for reading Pemikiran-pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari. Please share...!
0 Comment for "Pemikiran-pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari"
Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar